Kamis, 27 Januari 2011

Pulau Sempu (part.2)


Pagi-pagi saya terbangun oleh suara di luar tenda, ternyata cewe-cewe sudah bangun dan lagi merapihkan carrier. Sorry kalo saya setengah sadar sempat hampir mengira suara-suara di luar itu adalah babi hutan.hahahaaa... saya keluar dan mulai memasak air untuk buat minuman dan membuat indomie, perut harus ke isi sebelum mulai jalan lagi. Pagi ini gantian saya sendirian yang mencari jalan. Setelah memakai sepatu PDL  andalan, saya pun menerobos rubuhan pohon tumbang, benar kata teman saya semalam memang enggak ada tanda-tanda bekas jalur, agak ke kanan saya juga menemukan botol aqua yang tadi malam dilihat teman saya. Seperti ada jalan setapak tapi lagi-lagi hilang. Saya coba berteriak memanggil teman-teman saya dan mereka menjawab, bagus berarti saya belum terlalu jauh berjalan. Saya coba jalan agak jauh ke depan sampai menemukan pohon tumbang besar selanjutnya, dan tetep tidak ada tanda bekas dilalui. Saya pun balik lagi ke tempat botol Aqua tadi, coba menerobos ke arah kiri ke rimbunan pohon tumbang lainnya dan BINGO..!! saya menemukan jalannya :D. Ternyata bukan terus lurus seperti kata teman saya, tapi berbelok ke kiri dan tempat kami mendirikan tenda tepat di belakang jalur. Tapi kok tadi malam gak keliatan ya??hahahaaa...... Saya pun langsung kembali ke tenda. Kata teman saya yaa.. mungkin kita disuruh istirahat dulu di sini gak maksain terus jalan. Kami pun bergegas packing dan melanjutkan perjalanan.


Dari tempat kami camp tadi ternyata sudah dekat dari pohon tumbang besar yang katanya menandakan bahwa sudah setengah perjalanan. Dari belakang mulai terdengar suara orang, tampaknya ada rombongan lain yang jalan. Dan dugaan kami benar di belakang memang suara orang dan jumlahnya 57 orang satu rombongan! Sepertinya mereka menyeberang tadi pagi. Jalur menjadi antri, kami lebih memilih beristirahat dulu membiarkan mereka lewat semua. Percuma juga buru-buru sampai ke Segara Anakan kalo nanti di sana kaya pasar. Beruntung mereka tidak menginap cuma singgah sebentar. Sepertinya mereka dari rombongan karang taruna yang sedang bertamasya, dari mulai anak kecil sampai orang tua ada. Dan mereka heran melihat kami membawa tas gunung dan berjalan lambat, jelas aja di tas saya aja ada tiga botol aqua besar ditambah dirigen air 5 liter. Dengan pertimbangan jangan sampai kekurangan air. "Safety first, comfort second".

Pulau Sempu (part.1)


Jakarta - Jum’at, 14 Januari 2011
“Sorry., gue gak bisa ikut, gue harus ikut yusidium di kampus.”
“Gue juga gak bisa ikut, kalo gak ada temen cewe-nya. Lagipula gue belum ada duit....”
“ Ndi.., sorry gue gak bisa ikut besok, tiba-tiba aja senin-nya gue harus ada di kampus buat ngurus skripsi gue...”
Nada dering panggilan handphone...,
“Ndi.., maap gue gak bisa ikut. Tiba-tiba aja gue demam, udah dua hari ini.....bla..bla..bla..”
“Coy..sorry kayanya gue gak jadi ikut, tiba-tiba aja ada tamu kantor dan gue harus nemenin. Lagian cuaca di Malang juga lagi buruk bla..bla..bla..”
................................
Saya juga sempat menghawatirkan cuaca di Malang yang buruk dua hari belakangan ini. Tapi kata teman saya yang sempat menghubungi nelayan di Sempu, bahwa Pulau Sempu tetap dibuka dan juga sms teman saya di Surabaya yang isinya “Apapun yang terjadi, kita tetap meluncur ke Sempu” membuat saya kembali semangat. Kereta tidak akan pernah batal berangkat gara-gara menunggu penumpang bukan?? :Dari 7 orang yang akan ikut, 5 orang membatalkan diri dengan berbagai alasan. Tinggal saya berdua saja dengan teman dari Padang (kalo yang ini gue tau banget orangnya, dia tipe orang impulsif, dan gak mungkin pula dia membatalkan keberangkatan karena sudah pesen tiket  jauh2 hari Padang-Jakarta.) Yaa..setidaknya masih ada temen-temen dari Malang dan Surabaya, bukan cuma kita berdua.

Pukul 11.00 WIB saya berangkat sendiri dari kostn dengan membawa ransel gunung pinjaman temen. Kami janjian bertemu di stasiun Jatinegara. Tiba di stasiun Jatinegara dia masih belum dateng. Akhirnya sambil menunggu dia datang, saya duduk lesehan dekat loket penjual karcis. Diseberang loket terlihat seorang pemuda sedang antri membeli tiket sambil membawa ransel gunung sama seperti saya. Pemuda itu lalu menghampiri saya sekedar menyapa dan berjabat tangan.
“ Mau kemana mas?? ”
“ Ke Malang mas, mas sendiri mau kemana? “
“ Ooh..Saya mau ke Merbabu mas.., udah dulu ya mas kereta saya bentar lagi tiba”
Dia pun langsung masuk ke dalam peron. Saya merasakan kehangatan ramah tamah anak gunung, walaupun tidak saling kenal tapi mencoba untuk menyapa. Persis ketika kita bertemu pendaki lain ketika sedang naik. Tidak lama kemudian teman saya pun datang.

Matarmaja - Sabtu, 15 Januari 2011
“ Udah sampai mana mas?? “ bunyi sms pagi itu dari teman saya di Malang.
“ Udah di Stasiun Kota Lama Malang, bentar lagi juga sampai tapi aku mau bersih-bersih badan dulu.”
“ Okey.., bentar lagi aku ke stasiun, lagi nunggu temen dulu”
Setelah bersih-bersih dan sarapan pagi di stasiun kota baru Malang, akhirnya dateng juga teman-teman saya anak Malang. Bertiga, dua cewe dan satu cowo.
“ Lho.. kok cuma bertiga?? “
“ Lah..mas sendiri kok cuma berdua, katanya bertiga”
“ Iya.. terakhir temanku dari Bali batalin keberangkatan juga, tenang.. masih ada temenku dari Surabaya ”
Tidak lama kemudian dateng juga teman-teman dari Surabaya, cuma berdua juga.hahaaa... Setidaknya sekarang kami bertujuh dari rencana lima belas orang, masih ada setengahnya.
Pertama kali bertemu, (kecuali saya yang kenal sama semuanya) jarang ada yang berbicara, semua saling diam. Saya memakluminya karena baru pertama kali kenal, pertama kali trip dengan orang yang baru dikenal adalah hari pertamanya pasti lebih banyak diam. Dan sepanjang perjalanan kami pun lebih banyak diam.

tiba di Sendang Biru

Minggu, 02 Januari 2011

Kenapa Harus Melumpuhkan Kaki..??


"Kami bayar mahal untuk sampai Indonesia, kami tidak ingin melewatkan sejengkal pun keindahan yang ada, maka kami berjalan kaki menyusuri jalanan".
"Kami dari pusat kota, lalu menuju puncak tertinggi dan kembali lagi ke kota lalu pulang dengan jalan kaki".
"Ini negeri indah, eksotis, masyarakat ramah dan kami tidak ingin melewatkan momment demi momment, sehingga membuat kenapa kami berjalan kaki".
"Lelah, sakit dan tidak enak, tetapi terbayar sudah dengan apa yang kami dapat dan tidak ada di negera kami".