Minggu, 31 Oktober 2010

Mahameru 17 Agustus 2010 (1)

Mahameru

“Suatu saat nanti saya akan berdiri di tanah tertinggi Pulau Jawa”
Impian itu sudah ada sejak lama, karena alasan itu pula saya ikut organisasi pecinta alam di kampus. Ditempa di alam terbuka, survive di didalam hutan dan belajar cara memanage perjalanan. Itu adalah modal yang sangat berharga untuk bisa bermain-main dengan alam.

Tahun ini saya memang sudah lama berencana merayakan 17 Agustusan di puncak Mahameru, tapi karena tahun 2010 ini 17 Agustus bertepatan dengan bulan puasa saya menjadi ragu-ragu,
Masih adakah upacara 17-an di atas sana bulan puasa ini??”
Rencana itu sempat saya buang jauh-jauh, sebelum akhirnya secara tidak sengaja saya bertemu dengan teman SMA saya, salah satu anggota pecinta alam IPB di dalam bus dalam perjalanan pulang ke rumah.
“Puasa-puasa gini masih ada yang naik??” tanya saya
Jangan jadikan puasa sebagai alasan tidak beraktifitas” begitu katanya
Lagipula kaya gak tahu anak gunung aja, mana ada sih anak gunung yang puasa” kata dia lagi
Entah anak gunung mana yang dia maksud.hahaaaaa…..

Sabtu, 14 Agustus 2010
Dua hari sebelum keberangkatan saya sudah memesan tiket kereta Matarmaja di stasiun Jatinegara, kemudian membuat daftar menu makanan tiap harinya untuk di atas sana dan menyiapkan semua peralatan.

Pukul 12.00 siang saya berdua teman saya janjian bertemu di depan kampus Gunadarma Margonda Depok dan tepat pukul 13.00 kami sudah sampai di stasiun Jatinegara.
“ Mau naik kemana puasa-puasa gini?? tanya petugas peron.
“ Mau upacara 17-an di Semeru pak” jawab teman saya
Tampaknya siang itu kami seperti orang aneh dengan membawa-bawa carrier bulan puasa gini.
Tepat pukul 14.12 kereta Matarmaja tiba, beruntung karena hari itu bukan musim liburan dan belum arus mudik jadi kereta tidak begitu penuh.

Minggu, 15 Agustus 2010
Pukul 10.00 WIB kereta sudah tiba di stasiun Malang, di luar kami bertemu rombongan pecinta alam, tampaknya 17-an tahun ini masih tetap ramai. Setelah membersihkan badan di stasiun kami langsung menuju Tumpang, Disana baru ada dua orang pendaki dari Malang, sepertinya baru saja ada rombongan yang berangkat, kami pun bersabar menunggu pendaki lain yang akan ke Semeru. Cukup lama kami menunggu sampai ada rombongan lain yang akan berangkat ke Semeru, kira-kira hampir satu jam kami menunggu. Tak lama kemudian satu persatu pendaki berdatangan di pos pemberangkatan. Suasana menjadi ramai, ada yang berasal dari kota Jogja, pecinta alam dari kota Solo dan Malang, bapak dan anak dari kota Surabaya. Mereka semua adalah sahabat-sahabat alam saya di atas gunung nanti, Setelah semua perizinan dan harga jeep sesuai kami pun langsung menuju desa Ranupani, desa terakhir sebelum melakukan pendakian.
 
Jeep kami berhenti sebentar di pos perizinan untuk mengurus masalah perizinan, peraturan baru mengharuskan kami menyerahkan copy-an Surat Keterangan Sehat dan KTP masing-masing rangkap dua. Jadi persiapkan semuanya dari Tumpang jika tidak mau dibikin repot dan di izinkan naik. Setelah semua perizinan selesai, kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan kami melewati perkebunan apel dan sayuran milik penduduk, beberapa tempat wisata air terjun dan kemudian lebih masuk ke dalam hutan. Jalan pun bermacam-macam dari yang asalnya aspal mulus, kemudian beton sampai berbatu-batu dan berdebu. Kemudian kami melewati punggungan dan pertigaan menuju Bromo. jalan yang di lalui tampaknya membutuhkan supir berpengalaman. Kadang-kadang kami bertemu rombongan pendaki yang naik motor menuju desa Ranupani. Satu orang satu motor tampaknya masih mungkin, tapi jika dua orang satu motor dengan membawa carrier masing-masing tampaknya tidak memungkinkan, di tengah jalan kami bertemu dengan orang seperti ini yang motornya tidak kuat menanjak dan akhirnya salah satunya menumpang jeep kami.

Pukul 15.30 kami tiba di Ranupani, beberapa rombongan langsung berangkat menuju Ranukumbolo. Rencana saya semula adalah ngecamp dulu di Ranupani sambil menunggu waktu berbuka puasa baru kemudian pagi-pagi sekali berangkat ke Ranukumbolo. Tapi melihat tak ada pendaki yang ngecamp sore itu di Ranupani dan teman-teman kebanyakan langsung melanjutkan perjalanan ke Ranukumbolo maka kami pun ikut pergi menuju Ranukumbolo. setelah lapor ke pos pendakian dan menyiapkan peralatan, pukul 16.00 kami berangkat menuju Ranukumbolo.

Berdelapan kami menuju Ranukumbolo, perkiraan lama perjalanan adalah 4 jam, itu berarti kami akan sampai di Ranukumbolo malam hari. Di dalam rombongan bukan saya saja yang masih berpuasa, tapi masih ada 2 orang lagi, dan itu berarti nanti kami akan berbuka di jalan. Bismillah..semoga masih kuat berjalan.

Saya berjalan paling depan, pertama-tama kami melewati ladang penduduk lalu kemudian masuk ke dalam hutan. Jalurnya sudah jelas, dimana-mana terdapat tanda menuju jalur pendakian, malahan dari Ranupani sampai pos kedua jalannya sudah tersusun batu. Tanjakan pertama tampak begitu berat, maklum terakhir saya mendaki gunung adalah tahun 2007, pak Agus dan anaknya yang berasal dari Surabaya jauh tertinggal di belakang. Sebentar-bentar kami berhenti untuk merapatkan barisan, beberapa jam berjalan saya mulai kehabisan tenaga dan mulai merasa haus dan lapar. Tiba di pos pertama tepat jam 6 sore dan kami istirahat sebentar sambil memberi kesempatan kepada yang berpuasa untuk berbuka. Setelah dirasa cukup beristirahat, kami pun melanjutkan perjalanan. Kami mulai mengeluarkan senter masing-masing karena hari mulai gelap. Berjalan malam hari beramai-ramai di tengah hutan sangat menyenangkan dan menjadi tidak begitu capai. Sepanjang jalan begitu gelap dan tak terlihat apa-apa kadang-kadang kabut turun membatasi jarak pandang yang hanya menjadi 1 meter. Untuk mengusir sepi, sepanjang jalan kami mulai mengobrol atau kadang-kadang berteriak tak karuan sekedar memanggil teman di belakang atau memperingatkan jalan kepada teman yang di belakang.

“ Awas portal..!!” untuk memperingatkan ada pohon yang menghalangi jalan.
“ Polisi Tidur..!!” jika ada batu besar atau potongan kayu yang di bawah yang bisa membuat tersandung.
“ Perbaikan jalan..!” kalo jalannya rusak kena longsor dan harus berpegangan.

Awal mulanya tak ada halangan yang berarti sepanjang jalan dan sepertinya tepat jam 8 malam bisa tiba Ranukumbolo. Tapi alam tak bisa ditebak, dan jika bermain-main dengan alam harus siap dengan segala resikonya. Hujan rintik-rintik mulai turun, jalan mulai licin, kabut menjadi semakin tebal, jarak pandang menjadi terbatas dan saya cuma bisa melihat jalan tepat di depan kaki saya saja. Kami sempat berhenti sebentar mengeluarkan jas hujan atau rain coat, dan kemudian terus berjalan lagi. Kadang-kadang saya terjatuh tersandung batu atau terpeleset, rasanya rain coat saya sudah tembus oleh hujan, baju dan celana saya sudah basah semua. Tapi kami harus tetap bergerak agar tubuh tetap mengeluarkan panas tubuh dan tak kedinginan. Hujan rintik-rintik yang datang tiba-tiba membuat rencana perjalanan kami kacau, dan kami harus segera buru-buru mencari tempat berteduh kalau tidak mau basah kuyup menggigil kedinginan dan terkena hipotermia.

Akhirnya kami tiba di pos tiga, dan beristirahat sambil menunggu hujan reda, dan tampaknya hujannya awet tak mau reda. Kata arief dan ipul yang sudah pernah ke Semeru dari pos tiga ini nanti ada satu lagi tanjakan yang berat, kira-kira tanjakannya sampai 200 meter setelah itu jalannya biasa saja, dan Ranukumbolo sudah dekat dari situ, mungkin sekitar 1 jam lagi dari sini. Tetapi Pak agus tampaknya sudah menyerah,

“ Monggo kalo sampeyan mau terus jalan. Saya gak papa di tinggal sama anak saya sendiri di pos tiga, saya udah gak kuat jalan mau istirahat. Kalo saya udah kuat ntar pagi atau ntar malem saya pasti nyusul ke Ranukumbolo” begitu kata pak Agus.

Suhu di luar udah mencapai sekitar 10-8 Celcius, semua orang udah kedinginan. Mau tak mau badan harus dihangatkan, sekedar makan ringan atau minum minuman hangat. Saya masih ragu untuk melanjutkan perjalanan,

“Ingat baru tadi pagi lo sampai di kota Malang dan langsung di paksa jalan terus naik ke atas, gak usah di paksakan masih ada 1 hari lagi buat sampai puncak, daripada badan  ngedrop malah nanti udah jauh-jauh dari Jakarta gak bisa muncak, lagipula rencana semula memang ngecamp di Ranupani dulu.” Saya berusaha mengingatkan diri sendiri untuk jaga kondisi tubuh.

Akhirnya saya pun memutuskan untuk bermalam di pos tiga ini bersama pak agus dan anaknya dan teman saya pun setuju, karena tampaknya sudah malas lagi buat jalan. Setelah beristirahat sebentar teman-teman yang lain pun melanjutkan perjalanan ke Ranukumbolo.

“Sampai ketemu di Ranukumbolo”
Kami saling mengucapkan salam perpisahan,.


Senin, 16 Agustus 2010

Saya bangun pukul 6 pagi, matahari sudah bersinar dengan terik, pak Agus pun sudah bangun dan memasak.
“ Masak apa kita hari ini ??” tanya Nando.
“ Indomie aja, yang gampang, baru nanti siang kita makan nasi lagi biar ada energy ” kata saya.
Istirahat kami semalam tampaknya sudah cukup memulihkan kondisi badan kami yang sempat ngedrop semalam. Ketika sedang packing barang, samar-samar kami mendengar suara orang yang sedang menuju ke mari, tampaknya sudah ada rombongan lain yang berangkat dari ranupani subuh tadi. Rupanya mereka adalah rombongan anak muda dari kota malang yang terdiri dari 3 orang cowo dan 2 orang cewe. Senyum ramah dan sapaan keluar dari mulut mereka, sapaan khas para pendaki ketika berpapasan.


Pukul 09.00 WIB saya dan teman saya berangkat duluan menuju Ranukumbolo, melewati tanjakan sepanjang 200 meter di sebelah pos tiga. Rupanya ini tanjakan yang di maksud mas ipul semalem. Lumayan capai juga melewati tanjakan ini, untungnya tenaga kami sudah pulih setelah istirahat semalam. Setelah melalui tanjakan ini, jalan relatif datar dan landai. Satu jam lamanya kami terus berjalan, kadang-kadang berhenti sebentar untuk sekedar berfoto-foto, sampai akhirnya dari balik bukit untuk pertama kalinya kami melihat Ranukumbolo.

“Ranukumbolo…!!” teriak saya.


6 komentar:

  1. wuihhh seru!!! ditunggu lanjutannya sob ^^

    BalasHapus
  2. hahahaa...sabar mas bro.
    masih banyak utang-utang catatan perjalanan yang belum di buat :p

    BalasHapus
  3. kapan y ane bsa ke sini.. ngidam bgt..
    ga ada tmen yg jiwanya naek gnung,,kbnykan jiwa mall..

    BalasHapus
  4. @hary : kalo ada niat, pasti bisa :D
    cari aja teman berpetualang, atau racunin teman2 mal anda untuk sama-sama ke mahameru.hihihi...

    BalasHapus
  5. kapan ya kapan ya kapan ya kesini? -____-

    BalasHapus