Senin, 01 November 2010

Mahameru 17 Agustus 2010 (2)


Ranu Kumbolo

Tepat pukul 10.00 WIB kami tiba di Ranukumbolo. Sesampainya di Ranukumbolo sudah banyak pendaki yang mendirikan tenda, kami bertemu kembali dengan mas arif dan mas ipul di Ranukumbolo, kata mereka teman-teman yang lain sudah berangkat duluan menuju Arcopodo tadi pagi. Saya langsung membongkar carrier saya lagi untuk mengisi air secukupnya unutk bekal sampai Arcopodo dan mencuci peralatan masak tadi pagi. Pagi itu kami beristirahat sebentar di Ranukumbolo sampai makan siang, saya masih sempat mandi sebentar di pinggir danau.

“ Saya sampai sini saja ya mas..,saya udah gak kuat, tapi kalian harus sampai puncak, udah jauh-jauh dari Jakarta masa gak sampai puncak, kalo saya sih masih bisa kesini lagi kapan saja, titip salam buat teman-teman kalo nanti ketemu di atas” kata pak Agus.

Akhirnya saya tidak bisa lagi memaksa pak Agus untuk sampai puncak, mas ipul dan mas arif sudah berangkat duluan menuju Arcopodo. Pak Agus pun sudah mulai mendirikan tenda lagi di pinggir Ranukumbolo. Saya mulai memasak nasi untuk makan siang nanti. Sambil memasak saya melihat kabut dari ujung Ranukumbolo terlihat menuju tempat camp pendaki, kadang-kadang tipis, kadang tebal terbawa angin. Saya menjadi sedikit khawatir akan turun hujan lagi,

Saya melihat di atas tanjakan cinta sudah sedikit pendaki yang melanjutkan perjalanan, tampaknya kami akan menjadi rombongan yang terakhir mendaki ke atas. Pokoknya sebelum kabut itu sampai sini kita harus udah berangkat, dan kesalahan saya di sini adalah membuat makan siang di Ranukumbolo sehingga menghabiskan waktu banyak sekali di sini. Dan nasi yang saya buat lama sekali matangnya, ketika sudah matang sedikit kami pun langsung berkemas-kemas.

“ Makan snack aja di jalan, kita makan siangnya nanti aja kalo sudah sampai pos kalimati” kata saya kepada teman saya Nando.

Di sini perhitungan air minum saya salah, dari ranukumbolo sampai nanti besok ke puncak, saya hanya membawa 1,5 liter botol air mineral dan 1 liter botol coca-cola. Pikir saya pasti cukup sampai besok pagi. Tapi ternyata minuman bersoda ini malah membuat kami semakin haus dan malah sedikit menghabiskan air mineral juga buat persediaan besok.

Ketika kami sedang berkemas-kemas, rombongan mahasiswa kedokteran dari malang yang kami temui tadi pagi menghampiri kami.
“ Mau berangkat kapan mas?? Bareng yak..” tanya salah satu dari mereka.

Akhirnya dari Ranukumbolo kami berangkat ber-tujuh. Tantangan pertama yang harus kami lewati adalah tanjakan cinta, sebuah tanjakan panjang yang dengan mitos apabila sanggup melewati tanjakan itu tanpa melihat kebelakang, maka segala permohonan dan harapan tentang cinta akan terkabul. Peduli setan saya gak begitu peduli dengan mitos itu, di tengah jalan saya berhenti dan melihat ke belakang ke arah Ranukumbolo, dan ternyata…..

“ Gilaaa… pemandangannya bagus banget.” teriak saya.
Di belakang saya tersaji pemandangan sebuah danau dengan kabut tipis menyelimutinya. 

ranu kumbolo dari tanjakan cinta


tanjakan cinta

Ora-ora ombo

Setelah melalui tanjakan cinta, tantangan selanjutnya adalah melewati padang stepa kemudian memasuki hutan. Saya masih berdiri di atas bukit, melihat ke bawah ke arah padang stepa atau yang di sebut ora-ora ombo.

“ Mana jalannya ??” pikir saya.

Saya ingat dari novel yang saya baca, setelah melalui tanjakan cinta rute selanjutnya adalah melalui padang stepa atau memutar ke arah bukit. Saya lihat sebelah kiri saya, memang ada jalan setapak mengitari bukit, dan di bawah saya juga ada jalan membelah padang stepa (ora-ora ombo). Saya berusaha menajamkan mata melihat lebih jauh siapa tahu masih kelihatan rombongan di depan yang bisa di ikuti, tapi di depan sudah tidak ada siapa-siapa, tampaknya kami sudah jauh tertinggal di belakang.

Akhirnya saya putuskan untuk turun ke bawah melewati padang stepa. Kami semua saling berpandangan,

Jalannya yang mana ?“ tanya salah satu orang dari rombongan yang mengikuti saya. Tampaknya mereka menyangka saya tahu jalan.

Saya langsung berjalan paling depan, turun ke bawah melewati ora-ora ombo. Sepanjang jalan saya berusaha mencari tanda atau jejak kaki kalo rombongan di depan saya juga melewati jalan ini, karena tidak ada dari kami seorang pun yang pernah ke Semeru. Sepanjang jalan saya melihat rumput-rumput yang roboh seperti bekas di pakai orang beristirahat, saya semakin yakin jalan yang saya pilih adalah benar. Saya melihat jalan lain yang mengitari bukit ternyata turun juga ke bawah dan bertemu dengan jalan yang sekarang kami lewati. Cuaca di ora-ora ombo sangat berbeda dengan di Ranukumbolo ketika tadi kami berangkat, sangat panas.

Setelah melewati ora-ora ombo, rute berikutnya adalah memasuki hutan. Kalo di novel 5 cm yang saya baca, ini adalah hutan dimana diceritakan Genta tersasar seharian dan puncak Mahameru belum kelihatan dari sini.

“ Okey.. sudah masuk hutan, ikutin aja jalannya dan jangan sampai nyasar” begitu pikir saya.

Kami terus mengikuti jalan setapak menanjak menaiki bukit membelah hutan, kadang-kadang saya melihat ada jejak-jejak sepatu di atas pasir, saya semakin yakin kalo jalannya memang benar dan memang ini jalan satu-satunya tidak ada jalan lain. Cukup lama kami berjalan, dan terlalu sering pula kami berhenti untuk beristirahat. Sepertinya tempo jalan kami adalah 5 menit jalan 3 menit istirahat. Di tengah jalan akhirnya kami bertemu rombongan lain yang sedang istirahat

Rasanya kami sudah berjalan sangat jauh, dan daritadi jalannya masih saja menanjak. Setiap kali kami menanyakan kepada pendaki yang kami temui di jalan, pasti jawabannya sama.

“ Masih jauh mas pos kalimati., dari sini kira-kira masih tiga kali naik dan dua turunan lagi .” Kata pendaki yang berpapasan dengan kami.

Saya dan teman saya berusaha mempercepat langkah karena hari sudah mulai sore dan kami sepakat untuk merubah tempo jalan kami menjadi 20 menit jalan dan 3 menit istirahat. Rombongan mahasiswa kedokteran yang mengikuti kami tertinggal jauh di belakang.

taman bunga liar di ora-ora ombo

Kalimati

Pukul 15.30 kami sampai di pos Kalimati, di sana ternyata sudah banyak pendaki yang membuka tenda. Kami beristirahat sebentar sambil makan siang dengan makanan yang sudah kami persiapkan di Ranukumbolo.

“ Kita berangkat lagi ke Arcopodo jam 4 ndo.., kita bikin camp di sana aja, dari Arcopodo lebih deket kita ke Puncak, jadi kita bisa lebih lama istirahat daripada dari sini berangkat jam 12 malam “ kata saya kepada teman saya.

Tapi begitu kami mendengar kalo mas arif dan mas ipul memilih tidak melanjutkan perjalanan ke arcopodo dan ngecamp di kalimati, saya pun menjadi ragu ingin melanjutkan perjalanan ke Arcopodo. Apalagi sebagian besar pendaki yang baru tiba pun memilih untuk ngecamp di kalimati. Akhirnya setelah memikirkan efisiensi waktu, tenaga dan persediaan air yang tinggal 1,5 liter, saya pun memilih untuk ngecamp di kalimati. Setelah mendirikan tenda dan makan, kami pun langsung pergi tidur, untuk mempersiapkan diri summit attack jam 12 malam nanti.

Jam 10 malam saya sudah terbangun, dan mulai memasak. Malam itu udara benar-benar terasa dingin. Ada benarnya juga ucapan mas ipul, yang berat dari menuju ke puncak itu adalah bangun malamnya dan mengalahkan udara dinginnya. Tepat pukul 12 malam kami bersama-sama pendaki lainnya di kalimati berangkat menuju puncak. Ternyata perjalanan menuju puncak dari kalimati itu lumayan jauh dan berat. Total membutuhkan waktu 5-6 jam lagi sampai menuju puncak dengan jalan yang terus naik. Tepat pukul 6 pagi saya tiba di puncak mahameru, selesai upacara 17-an jam tujuh, jam sembilannya kami di haruskan untuk segera turun lagi ke bawah, di karenakan arah angin sewaktu-waktu bisa berubah ke arah tempat kami berdiri dengan membawa gas beracun dari kawahnya.

temen-temen mahameru


Perjalanan untuk turun dari puncak sampai cemoro kandang ternyata lebih cepat dari pada naiknya, jika naik dari Cemoro lawang sampai puncak membutuhkan waktu 3-4 jam, turunnya hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Pada waktu turun saya sempat berpapasan dengan seorang bapak dengan anaknya yang masih kecil yang sedang menuju puncak. Ketika sampai di jakarta saya baru tahu kalo cerita tentang bapak dan anaknya yang masih kecil yang menaklukan puncak mahameru ini menjadi berita di korang-koran.

Sesampainya di kalimati lagi, persediaan air kami sangat tipis, mungkin hanya cukup untuk minum di jalan saja sampai tiba di ranukumbolo. Kami berniat hanya makan indomie mentah saja untuk mengganjal rasa lapar, beruntung teman pendakian dari jogja bersedia menemani saya mengambil air di sumber air kalmati. Maka siang itu kami bisa masak nasi dan sarden. Setelah makan kami langsung sempatkan untuk tidur sebentar, biarlah jika sampai ranukumbolonya kemalaman yang penting badan harus di istirahatkan dulu karena masih terasa capai setelah dari puncak.

Pukul setengah empat sore saya baru terbangun dan mulai packing barang, sepertinya sebagian pendaki sudah pergi duluan ke ranukumbolo. Kami persiapkan senter dan jaket agar kalau kemalaman di jalan tidak usah bongkar-bongkar tas lagi. Perkiraan kami waktu tempuh turun dari kalimati ke ranukumbolo tidak bakal selama waktu kita naik dari ranukumbolo ke kalimati, paling 2 jam saja sudah sampai. Tiba di ranukumbolo ternyata hari sudah gelap, dan sudah banyak para pendaki yang mendirikan tenda. Di sinilah saya akhirnya bertemu teman SMA saya yang mengajak saya ke semeru, rupanya dia baru datang hari ini.

Ranukumbolo, 19 Agustus 2010

Kami puaskan hari terakhir kami di ranukumbolo, pagi-pagi kami adalah acara masak bersama. Karena di kelompok kami tidak ada cewenya maka yang masak adalah cowo-cowo. Kalo di tanya rasa masakannya gimana, di atas gunung saya belum pernah merasakan masakan yang tidak enak, air minum yang di campur susu cokelat dan nutrisari pun masih terasa enak. “ini minuman yang bakal bikin kangen sama gunung” begitu kata teman saya yang buat, dan memang cuma bisa di rasakan di atas gunung saja minuman seperti ini. Rasanya antara manis dan asem jadi satu.hahaa...

sarden campur abu rokok :D
Kami berkemas meninggalkan Ranukumbolo pukul 12 siang, beberapa pendaki masih ingin menikmati ranukumbolo dan masih berniat menghabiskan beberapa hari lagi di sini. Ranukumbolo dan puncak mahamerunya telah menyajikan petualangan yang luar biasa. Persahabatan di atas puncak, senyum ramah para pendakinya. Terima kasih Mahameru atas kabut dinginnya, barisan hutan pinusnya, padang stepanya, dan upacara pengibaran bendera di atas puncaknya. Semoga agustus tahun depan kita masih bisa bertemu lagi.

teman-teman pendaki dari berbagai kota


foto-foto mahameru yang lain :

ranu kumbolo dan pendaki
ditepi ranu kumbolo
berpose ala anak pantai
sunrises di ranu kumbolo


tanah tertinggi pulau jawa
pengibaran bendera di puncak mahameru
di atas awan
barisan para pendaki
menumpang truk sayur sampai ke malang
menyusun carrier
ketinggalan kereta di stasiun malang

7 komentar:

  1. SERU ~ ~ ~ ~

    saya jadi teringat kisah tersasar di tengah gunung di dataran cina... TT__TT... udah jalan seharian dari pagi sampe malem... terjebak kabut dan hujan pula... di tengah hutan gak ada lampu sama sekali... kacaaawww... tapi seru.. soalnya rame2...

    keep goin dude!!! jejak si bolang nih....

    BalasHapus
  2. @chandra : hahahaaa...Mahameru dan Ranukumbolonya gak akan pernah bosen untuk di datangi lagi memang :D

    BalasHapus
  3. wah kyaknya kpan2 bsa jd guide bwt newbie kyak ane n tmen2 nih bwt ke mahameru... hahahah

    BalasHapus
  4. saya masih pendaki amatir juga kok.

    BalasHapus
  5. asiiikk!!! harus kuat mental-fisik pastinya :)

    BalasHapus
  6. kapan ya saya bisa kesana? salamku dr sebrang lautan...sukses bang....(samarinda)

    BalasHapus